Ahad, 26 Disember 2010

PEMIKIRAN ORANG SUFI









SALAM PALESTIN,

KINI PENULIS INGIN BERKONGSI DENGAN SAHABAT SEKALIAN TENTANG HAKIKAT TASAUF YANG DI HARAPKAN  DAN BANYAK ORANG YANG KELIRU DENGAN TASAUF....DENGAN USAHA YANG SEDIKIT INI DAPAT KITA BAIKI BERSAMA DIRI YANG HINA INI.......

Mengapa kita bertasawuf...?
Ketahuilah bahwa agama yang hak adalah ubat untuk semua penyakit (intelektual, moral dan sosial), karena ia sebuah akal yang lurus sekaligus spiritual yang hidup. Adapun penimbunan teori serta kemiskinan spiritual yang luhur dan kemiskinan emosional mulia sekali-kali bukanlah sebuah agama yang sah.
Maka soalan yang harus kita jawab adalah:
  1. Bagaimana kita merealisasikan agama ini?
  2. Bagaimana kita menghidupkan di dalam hati perasaan akan keperkasaan Allah swt dan ketundukan terhadap keagungan-Nya?
  3. Bagaimana kita membuat keyakinan berubah dari dangkal menjadi dalam?
  4. Bagaimana kita merubah ma'rifat kepada Allah menjadi sebuah rasa manis (dzauq) dan membentuk kelembutan jiwa sekaligus membersihkan kekeruhan fikiran?
  5. Bagaimana kita membuat perasaan rindu seseorang kepada Penciptanya, karena dengan motif dari perasaan rindu dapat membuat ia taat dan segera mencari keredhaan-Nya?
  6. Bagaimana seorang itu dapat menyaksikan Allah di langit dan bumi, menyaksikan nama-nama-Nya yang indah pada gerak gerik dan seluruh tingkah laku yang terjadi di sepanjang waktu dan tempat?
Sebab iman tidak sempurna dan agama tidak produktif melainkan jika kita dapat menjawab dengan baik pertanyaan di atas.
Kita faham bahwa ilmu-ilmu Syariah dapat membantu menjelaskan misi Islam dan memposisikan manusia pada batas-batas dan hak-haknya, namun kira-kira ilmu manakah yang memberikan perhatian terhadap pertanyaan tersebut serta membahas jawabannya secara panjang lebar..?
Siapapun boleh menolak untuk masuk ke dalam kelompok tasawuf serta mengambil seluruh isi jawapan di atas, akan tetapi sikap adil-lah yang mendorong kita untuk mengatakan bahwa sektor pendidikan (spiritual) Islam penting ini tidak mendapat perhatian yang sepatutnya daripada majoriti ulama fiqih dan para teologi (tauhid), sedangkan tokoh-tokoh tasawuf –walaupun terdapat beberapa kesalahan- merekalah yang banyak membicarakan panjang lebar sektor ini, bahkan memberikan jawapan mendalam dan sempurna.

Apa itu Tasawuf..?
            Tasawuf adalah sebuah program pendidikan yang berorientasi membersihkan jiwa (nafsu) dari berbagai penyakit yang menjadi penghalang manusia dari Allah SWT serta meluruskan penyimpangan nafsu dan prilaku yang berkaitan dengan hubungan kepada Allah, sesama makhluk dan diri sendiri.
            Tasawuf juga sebuah metod tarbiyah ruhiyah yang dapat meningkatkan seorang muslim mencapai martabat Ihsan yang didefinisikan oleh Nabi Muhammad SAW: “Engkau beribadah seolah-olah engkau melihat Allah, jika tidak melihatNYA maka IA melihatmu”.
Dari gambaran ini dapat difahami bahwa di dalam kehidupan islam jika disebut Tasawuf maka mengandung dua pengertian:
1.      Ilmu Mua’amalah dalam menempuh (suluk) jalan menuju kepda Allah. Disebut juga tarbiyah ruhiyah, perbaikan hati dan mengubati penyakit intelektual, demi memperoleh kebahagiaan abadi. Proses tarbiyah ini dilakukan dalam dua tingkatan iaitu, Ibadah dan mujahadah. Dua hal ini dijelaskan oleh dalil-dalil agama yang jelas dalam Alquran dan Hadis serta wajib dilakukan bagi semua orang yang ingin berjalan mendekatkan diri dan sampai kepada Allah.
Imam As Syadzili ra. berkata: Tasawuf adalah melatih nafsu di atas ubudiyah dan mengembalikannya kepada hukum Rububiyah.
2.      Ilmu Mukasyafah. Yaitu dzauq, maqamat dan sebuah keterbukaan (kasyaf) yang nampak kepada salik akibat dari upaya ibadah dan mujahadah yang jujur, ikhlas dan penuh mahabbah. Makna khusus ini sifatnya individual tidak umum, setiap salik akan mendapatkanya masing-masing berbeza, sesuai dengan tingkat kesiapan, kejujuran dan mujahadahnya.
            Imam Hasan Al Bana berkata: Lakukanlah yang kewajiban (wajib) akan datang kepada pemberian (wahb).

Bagaimana bertasawuf..?
            Sebagaimana yang telah kita fahami bahwa tasawuf adalah program dan metod pendidikan ruhiyah, maka tasawuf memiliki madrasah untuk merealisasikan program tersebut, memiliki pembahasan utama yang wajib kita ketahui, metod yang wajib diterapkan dan memiliki tingkatan-tingkatan yang harus ditempuh, sehingga menghasilkan pelbagai buah ruhiyah yang akan dipetik oleh para salikin.
            Maka wajib bagi orang yang hendak bertasawuf mengambil ilmu ini dari sumbernya, berguru kepada ahlinya, meminum dari masyrabnya dan menempuh tingkatan-tingkatan tarbiyah sehingga ia mencapai sebagaimana yang telah dicapai pendahulunya, memperoleh dan sampai kepada tujuan; karena ilmu ini tidak dapat diambil dari buku akan tetapi diambil dari ahlinya, tidak diambil dari ceramah dan membaca, akan tetapi diambil melalui khidmat dan bersuhbah kepada para syuyukh.
            Abu Ali Ats Tsaqafi berkata: Andaikan seseorang menghimpun pelbagai ilmu dan berteman kepada semua orang tanpa melakukan riyadhah dari seorang syekh murabbi yang mentarbiyahnya maka tidak akan mencapai seperti yang mereka capai....”.
POKOK PERBAHASAN TASAWUF
            Ada dua pembahasan utama tasawuf yaitu Nafsu dan Rabb (Tuhan). Karena kunci mengenal Allah adalah dengan mengenal diri.
Allah SWT berfirman:
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”. (QS. Fushilat: 53)
Rasulullah S.A.W bersabda: “Barangsiapa mengenal dirinya maka dia mengenal Tuhannya”.

1)             Latifah Rabbaniyah Nuraniyyah (Roh, qalbu, aqal, dan nafsu).
A)     ROH
Pembicaraan tasawwuf tentang roh, hanya meliputi dua hal, iaitu bagaimana mengembalikan roh kepada asal ma’rifatnya, dan mengembalikannya kepada kesempurnaan ‘ubudiyah. Kerana roh pada asal penciptaannya mengenal Allah, tetapi setelah bercampur jasad maka hilang ma’rifat dan ‘ubudiyahnya. Sebagaimana sabda Rasulullah S.A.W.:
      “Setiap bayi dilahirkan didalam fitrah, maka kedua ibubapanya yang meyahudikan, menasranikan, atau memajusikannya”.
Dalam hal ini, orang-orang sufi mengembalikan roh melalui beberapa cara:
-          Mengenal Allah dan sifatNya dan mengetahui cara ibadat yang ikhlas.
-          Bersahabat dengan orang-orang soleh. (Rujuk surah al-Furqan, 59)
-          Banyak berzikir. (Rujuk surah al-Ahzab, 41)

B)     Qalbu
Al-Quran banyak berbicara berkenaan hati. Ada hati yang sakit (Rujuk al-Baqarah, 210). Hati yang buta (rujuk al-Hajj, 46). Hati yang keras (rujuk al-Hajj, 53). Hati yang tertutup (rujuk al-Baqarah, 7), dan lain-lain dan juga pada hadith-hadith.
Tasawuf berbicara panjang lebar berkenaan masalah hati, dan berupaya untuk mengubati dan memperbaiki hati iaitu: dengan ilmu, agar mengetahui hati yang sihat ataupun sakit; dengan amal, berupaya untuk mengubatinya, dan dengan suhbah, agar memiliki semangat dalam menempuh jalan menuju kepada Allah dengan berterusan.

C)     Aqal
Dalam terminologi islam, aqal terbahagi dua: Aqal taklif ialah aqal yang dimiliki semua manusia selama mana dia tidak gila, dengan aqal ini manusia ditaklif dan dihisab serta dipertanggungjawab atas amalannya dihadapan Allah. Adapun aqal syar’i adalah mereka yang memahami Allah dan kalamNya kemudiannya beriman dan berpegang teguh. Maka tasawuf membahaskan bagaimana cara memahami Allah dan mengawal hawa nafsu serta mentarbiahnya.

D)     Nafsu
Nafsu terbahagi kepada dua, Nafsu syahwah iaitu sifat bahimah (kebinatangan) dan nafsu marah, sifat Sabu’iiyah (kebuasan). Penyakit nafsu, banyak sekali dan syari’at  datang untuk meluruskannya. Rasulullah bersabda, “orang yang mujahid adalah orang yang memerangi nafsunya kerana Allah” (rujuk surah an-Nazi’at, 41).

2)      Ma’rifat
Ma’rifat ertinya mengenal suatu yang global dengan cara terperinci. Mengenal Allah didalam ilmu tauhid biasanya mengenal dalil-dalil, sifat dan asma(nama) Allah. Adapun tasawuf merealisasikannya kedalam diri sehingga dia merasakan semua sifat dan asma’ Allah dalam kehidupan nyata. Berdasarkan hal ini, orang sufi membahagikan kepada tiga tingkatan:
a.      Ma’rifat awam- mengenal Allah berdasarkan dalil, sehingga bebas daripada bahaya taklid.
b.      Ma’rifat khas- mengenal Allah dengan mujahadah dan zhauq, caranya dengan mengisikan semua waktu dengan ibadah, membersihkan nafsu dari penyakit, dan menyibukkan hati dengan muraqabah Allah, serta mengikuti irsyad sheikh, atau dengan kata lain “takhalli dan tahalli”, sehingga terbit dari hatinya cahaya mengenal Allah yang dirasakan di dalam hatinya.
c.       Ma’rifat khas al khas, mengenal Allah dengan syuhud dan fana, yaitu mengenal berbagai rahsia dzat Yang Maha Luhur atau disebut menyaksikan Allah dengan Allah.


METOD TARBIYAH TAREKAT SUFI
Tarekat Sufi adalah madrasah yang melaksanakan program dan metod tarbiyah dan suluk, di dalamnya terdapat syekh, murid dan metod praktikal tarbiah, maka madrasah ini harus berpegang kepada Alquran, Hadis dan beramal sesuai dengan syariah untuk mencapai hakikat.
Adapun method tarbiah yang digunakan didalam madrasah ini adalah:
1)      Ilmu.
2)      Suhbah.
3)      Zikir.
4)      Mujahadah.

PERINGKAT-PERINGKAT TARBIYAH UNTUK SAMPAI KEPADA ALLAH
Tariqat ini umpama perjalanan, perjalanan khusus yang ditempuh oleh salik(murid) yang berjalan menuju kepada Allah. Perjalanan ini adalah perjalanan haqiqi dan ma’nawi, iaitu dengan membersihkan jiwa dari kemungkaran dan penyakit, untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Maka perjalanan harus memiliki tiga hal: bidayah (permulaan), masafah (jarak/jalan), nihayah (penghujung). Orang yang berjalan (salik) harus memiliki “qut” (makanan utama), “kuah” (kekuataan) sebagai bidayah, agar ia mampu menempuh jarak sehingga sampai ke penghujung. Makanan utama itu ibadah, dan kekuatan itu mujahadah, ini yang dinamakan syari’ah.  Jarak itu adalah maqamat, ini dinamakan pula dengan tariqat. Sedangkan penghujung adalah musyahadah cahaya tajalli Allah, ini disebutkan sebagai haqiqat.
Peringkat pertama - Amal ibadat zahir, zuhud dan senantiasa berzikir. Ini untuk golongan murid yang awam dan semua umat Islam.
Peringkat kedua – amal batin dari mujahadah nafsu dan membersihkan akhlaq buruk serta menghiasinya dengan akhlaq yang mulia dan terutama. Ini untuk golongan yang bersungguh, dan permulaan salik. Allah berfirman, “dan orang-orang yang berjihad demi kami, maka kami akan tunjukkan mereka jalan-jalan kami” (an-Nazi’at, 40-41).
Peringkat ketiga – ahwal, maqamat, dan zhauq. Ini untuk golongan yang hampir sampai dan permulaan orang-orang ‘arifin. Orang yang sentiasa beribadah, dan mujahadah nafsu, akan menghaluskan hijab, dan memperkuatkan kekuasaan roh sehingga ia mendapatkan cahaya dihatinya dan melihat keindahan dan rahsia Allah. Kemudian dia akan merasakan kelazatan dan menjadi sifat serta maqam yang tetap, tidak berubah.
            Peringkat keempat – al wusul (sampai kepada Allah). Peringkat ini adalah golongan yang telah bebas daripada apa yang dicapai oleh inderanya. Dan telah sampai kepada martabat penyaksian Allah dengan Allah, perkara ini tidak dapat diungkapkan oleh kata-kata akan tetapi hanya difahami oleh diri yang merasainya, jika diungkapkan maka hilang maknanya. Ini adalah untuk golongan ‘arifin yang telah sampai.
Ketahuilah dua peringkat pertama, telah dijelaskan oleh al-Quran dan Hadith, batas-batasnya, methodnya, tidak perlu ditokok tambah.
Adapun peringkat ketiga, tidak dapat lagi digambarkan dan diungkapkan oleh kata-kata, kerana zhauq dan rasa tidak dapat dibatasi, ia hanya bersifat individual bukan awam, dan tidak jelas.
Sedangkan peringkat keempat, adalah satu tempat tergelincirnya kaki. Berapa banyak murid (salik) sesat dalam peringkat ini, inilah yang dikatakan untuk golongan yang sangat khusus.

Dua peringkat pertama adalah wajib, sedangkan dua peringkat kedua adalah pemberian daripada Allah S.W.T. Maka lakukanlah yang wajib, akan datanglah pemberian Allah kepadanya.

NATIJAH DAN BUAH BERTASAWUF
Ada dua natijah yang kita akan jelaskan disini:
Pertama - natijah salikin yang menempuh dua marhalah diatas, iaitu hasilnya adalah mendapat apa yang ada di dalam peringkat ketiga, ini adalah: iaitu ma’rifah, yang dirasakannya didalam bentuk muroqabbah, yakin, mahabbah, kasyaf, ilham, syuhud, dan karomah. Ini adalah penghujung salikin (murid).
Kedua – adapun natijah ‘arifin, orang yang telah menempuh dua peringkat yang akhir, permulaannya adalah dari peringkat ketiga, dan berakhir di peringkat keempat adalah, istiqamah dalam semua fenomena ma’rifah di atas, menjaga adab kepada Allah dan mendapatkan qabul serta redha dari Allah di dunia dan akhirat. Inilah tujuan yang tiada tandingannya.


PENUTUP

            Inilah tasawwuf yang diharapkan, tasawwuf yang difahami oleh orang-orang sufi sepanjang abad, jika tidak ada nilai-nilai serta realiti ini, maka dia telah menyimpang dari tasawwuf yang sebenarnya. Maka bagi para pengkritik tasawwuf, hendaklah meneliti kembali dengan cermat dan adil, serta menjaga haq dan takut kepada Allah sehingga tidak berbuat zalim dan sifat taksub dan berlebihan.





PREPARE TO MAHSYAR ©Template Blogger Green by Dicas Blogger.

TOPO